JIPP Jateng

Info Penting : Tahapan Wawancara Telah selesai dilaksanakan, TOP 20 akan segera di umumkan !    

HAPUS PRAKTIK KOLUSI PENGADAAN OBAT Dengan Inovasi “MANGAN MENDOANE RINI” (PengeMbANGAN SISTEM PengElolaaN SeDiaan Farmasi : Obat/Alat Habis Pakai TeriNtEgrasi Rekam MedIk ElektroNIk)

2019-11-21 23:12:35

Jumlah kunjungan RSUD Margono Soekarjo tahun 2013 rata-rata 963 pasien perhari dengan komposisi rata-rata 663 pasien rawat jalan, 187 pasien rawat inap, 124 pasien Gawat Darurat dengan cakupan resep rata-rata 6.454 resep/hari. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan logistik rumah sakit khususnya obat/alat habis pakai (AHP) serta anggarannya mencapai proporsi 35% dari total anggaran belanja. Sebelum dilakukan inovasi ini pengadaan obat/AHP menjadi salah satu area terjadinya kolusi antar berbagai pihak yang merasa memiliki hak untuk merencanakan dan mengadakan obat/AHP. Oknum-oknum yang terlibat dalam praktek kolusi ini antara lain berasal dari Apoteker, Dokter, Perawat, Tenaga Administrasi Gudang, dan Suplier obat/AHP. Masalah umum yang dihadapi rumah sakit terutama adalah (1)praktik kolusi dalam pengadaan sediaan farmasi, (2)inefisiensi biaya operasional penyediaan obat akibat adanya over-stock pada obat-obat tertentu, (3)perencanaan dan pengadaan obat/AHP yang belum sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit, (4)kehilangan fisik obat (losses), (5)tingginya obat/AHP expired date (0,15%), (6)ketidakakuratan pencatatan (ada selisih) inventory obat/AHP di gudang rumah sakit, (7)ketidakpatuhan tenaga medis menggunakan formularium yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan khususnya penggunaan obat-obat generik. Permasalahan tersebut mengakibatkan meningkatnya komplain pasien. Inovasi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan aplikasi terintegrasi. Aplikasi tersebut diberi nama “MANGAN MENDOANE RINI”. Manfaat dari penerapan inovasi ini adalah (1)meniadakan praktik kolusi, (2)peningkatan ketepatan perencanaan dan pengadaan obat/AHP, (3)efisiensi biaya operasional menurun dari 35% menjadi 26%, (4)obat/AHP expired date menurun dari 0,15% menjadi 0,08% dari anggaran obat/AHP, (5)tidak ada selisih pencatatan inventory obat/AHP antara sistem dengan fisik, (6)tidak ada potensi kehilangan fisik obat/AHP (losses), (7)meningkatnya kepatuhan penggunaan formularium rumah sakit dari 80% menjadi 95%, (8)ketersediaan obat lebih terjaga (dari 90% menjadi 98%). Implikasi dari penerapan inovasi ini secara umum menurunkan komplain pasien dari 7 komplain (13%) menjadi 1(1%) serta meningkatnya indeks kepuasan pasien dari 61% menjadi 89%.  

Foto Penerapan

Lihat Video Inovasi

Personal Kontak : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Telepon : (0281) 632708
Instansi : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo